Tuesday, March 8, 2016

5 Gitaris Cilik Ajaib Tanah Air

5:53:00 PM No Comments

Di Indonesia, gitaris cilik bisa dihitung dengan jari. Namun dari yang sedikit itu justru memiliki kemampuan yang tidak bisa dianggap remeh. Berikut 5 gitaris cilik ajaib Indonesia. Daftar ini bukan berdasarkan survey atau voting, urutan gitaris juga tidak menunjukkan siapa yang lebih baik.


1. Ayu Gusfanz



Aisyah Eka wahyu Utami, atau yang beken dipanggil Ayu Gusfanz, kelahiran Bondowoso, Jawa Timur 9 tahun lalu tengah menjadi perbincangan banyak pihak lewat sejumlah video permainan gitar yang diunggah di akun YouTube pribadinya. Ya, setelah Divaldi Addina Azhar dan Meliani Siti, kini giliran Ayu yang menggemparkan dunia maya.

Apresiasi bahkan datang dari gitaris sekaliber Andy Timmons dan Andy James setelah melihat gadis cilik asal Nusa Dua, Bali ini memainkan lagu mereka: "Cry For You" (Andy Timmons) dan "War March" (Andy James). Keduanya, bahkan langsung mengunggah video tersebut di akun Facebook-nya masing-masing.

Agus Susilo Jabrix, ayah Ayu, adalah orang yang paling bertanggung jawab membentuk kehidupan bermusik anak kelahiran 3 Juni 2005 ini. Selain karena sering mengajak Ayu mendengarkan lagu "For The Love Of God" dari Steve Vai dan seisi album "Classic Orchestra"-nya Yngwie Malmsteen melalui perangkat pemutar CD miliknya, Agus juga tak jarang mengajak Ayu menonton bandnya - Vulcano - beraksi di atas panggung.

Selain Agus, paman Ayu - Jon Progresif (Situbondo) dan Prihatna Jimmy P (Banyuwangi) juga sering memberi referensi kepada Ayu melalui jalur dunia maya. Kisah lebih dalam tentang Ayu Gusfans bisa dibaca di Majalah GitarPlus edisi ke-133, terbit April-Mei 2015. Selain itu, Zonagitar.net juga menulis profil lengkap siswi kelas 4A SDN 1 Benoa ini yang berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pihak GitarPlus.

2. Abraham Song

Sejak ayahnya membelikan gitar bekas Fender Stratocaster '95 di pasar loak, Abraham Song yang saat itu berusia 9 tahun langsung memutuskan untuk menjadi seorang gitaris. Abe - sapaannya - sendiri sudah mengenal instrumen gitar sejak ayahnya mengenalkan lagu "Black Dog" dari Led Zeppelin" dan sering mengajaknya menonton video konser Jeff Beck.

Namun uniknya, lagu pertama yang diulik oleh Abe justru milik Jaco Pastorius yang berjudul "Chicken" dan untuk mendapatkan soul di lagu tersebut Abe mengakui amat sulit. Sedangkan untuk teknik, Abe sering melatihnya dengan melakukan jamming bersama kakak dan ayahnya yang tergabung bersama dalam band jazz Three Song.

Ada pengalaman menarik saat awal-awal Abe mendalami gitar dimana jemari kanannya pernah terluka dan ia batal tampil di sebuah acara. "Saya bermain gitar dengan teknik chicken picking, jadi tidak menggunakan pick. Waktu saya mau main di acara jazz, saya memutuskan untuk membatalkannya karena tangan saya luka, padahal saya sudah berlatih lama dengan Three Song," kenangnya.

Saat ini, Abe dan There Song sudah merilis dua album dan tengah menyiapkan album ketiganya. Dalam rekaman-rekaman tersebut, anak kelahiran 8 Maret 2004 yang mengidolakan John Abercrombie ini menggunakan senjata perang gitar Fender Stratocaster '95 dan Fender Vintage '52 USA, efek Digitech RP100, Boss DD3 dan Radial Tonebone, serta ampli Fender FM212.

Lebih dalam tentang Three Song dan Abraham bisa dibaca di Majalah GitarPlus edisi ke-133, terbit April-Mei 2015.


3. Divaldi Addina Azhar
  
Divaldi Addina Azhar, kelahiran 19 September 2001 adalah seorang gadis belia yang terlahir kidal, namun sang ayah justru mengarahkannya agar menjadi gitaris yang tidak kidal. Untuk memperkuat kelihaian kedua lengannya, sang ayah bahkan mengarahkan Divaldi untuk belajar dram dengan teknik paradiddle dan stickingnya. Dan itu sangat mempengaruhi permainan gitarnya.

Luasnya daya jelajah alat musik gitar yang dapat mudah menembus ruang dan waktu adalah alasan kenapa alat musik ini menjadi pilihan Divaldi. Cintanya terhadap gitar pun semakin kuat ketika ia mendengarkan dan menonton berbagai video Yngwie Malmsteen dan Jason Becker. Ketika ia mengeksplorasi permainan gitaris idolanya dan mempelajari berbagai wawasan gitaris legendaris dunia, style bermain gitar Divaldi pun perlahan terbentuk.

Di usia 10 tahun Divaldi bahkan sudah mampu menguasai lagu-lagu instrumental gitar milik Michael Angelo Batio, lagu-lagu milik Jason Becker seperti "Perpetual Burn” dan “Serrana” serta lagu Yngwie Malmsteen “Far Beyond The Sun".  Tak heran jika bocah ajaib berjuluk “Little Shredder” ini sampai menyita perhatian Mike Carparelli, pemilik pabrik gitar asal Kanada yang memberinya gitar Carparelli Infinity Series dan Artco F1 setelah melihat gitaris berambut keriwil ini memainkan “Far Beyond The Sun” di situs Youtube dengan menggunakan gitar murah bersenar Pyramid serta pick-up seharga tiga puluh ribu rupiah.

Tak hanya Carparelli Infinity Series, kini Divaldi sudah memiliki Booster Stompbox Revolt CrankUp dan Boss GT-100 yang kerap ia gunakan di setiap show dan sesi rekamannya. Ia juga sudah mengantongi 3 buah lagu hasil kolaborasi dengan musisi luar negeri seperti Charles Fishgerald asal New York dan Frank De Caro (Kanada).


4. Bagas Maulana Ramadhan

Event Gitaran Sore Malang 2013 menjadi momen bersejarah bagi seorang Bagas Maulana Ramadhan, dimana setelah menyaksikan aksi Andy Owen serta Ezra & Eddy Simanjuntak di atas panggung ia langsung keranjingan gitar dan mulai mempelajari cara memainkan alat musik yang kodratnya bersenar enam itu.

Pola latihan yang dilakukan Bagas cukup sederhana, ia hanya menonton permainan idolanya tadi di situs YouTube dan mendengarkan lagu-lagu mereka melalui CD player miliknya sebelum tidur. "Pas pagi-pagi sebelum berangkat ke sekolah saya cari sendiri chord dari lagu-lagu tadi. Kalau ada yang salah
barulah ayah memberikan masukan," jelas anak kelahiran 23 November 2002 kepada GitarPlus.net.

Setelah selama sekitar 6 bulan belajar gitar secara otodidak, Bagas kemudian mencoba mengembangkan teknik permainannya dengan menimba ilmu kepada gitaris-gitaris senior Malang. Skala pentatonic, arpegio dan lainnya pun mulai ia kuasai dan kerap ia mainkan dengan menggunakan gitar Les Paul Legacy yang diperoleh dari ayahnya.

Bagas mengaku, dalam mengulik sebuah lagu covering ia lebih suka mengandalkan feeling dan hearing ketimbang melihat tablatur. Dan untuk menguasainya dibutuhkan sekitar 3-7 hari, tergantung tingkat kesulitan dan durasi lagunya. "Parisienne Walkways" dari Gary Moore dan "Cryin" milik Joe satriani adalah lagu pertama yang dikuasainya.

Selain dua gitaris di atas, Bagas juga amat mengagumi gitaris-gitaris seperti Steve Vai, Neil Zaza, Slash, Andy James, Jack Thamarat, John Petruci, Jimi Hendrix hingga Yngwie Malmsteen. Tapi baginya, para local heroes yang tampil di Gitaran Sore Malang 2013 tetaplah para pahlawannya. "Gitaris-gitaris Indonesia lebih membuat saya bersemangat. Aksinya, soulnya, permainan gitarnya sangat menginspirasi. Setelah itu, barulah artis luar sebagai pendukung."

Bagas sendiri kini tak hanya menggunakan Les Paul Legacy, tetapi sering juga menggunakan gear lain yang ada di toko alat musik milik ayahnya. Seperti Schecter Diamond Series Bride Gold, efek XT Live Line6, G3X Zoom, G1Xn, BOSS+PB1000 serta sejumlah ampli seperti Roland X15, Roland Microcube, Marshall JCMm900, Randall Tube, Cora, Silvercresh dan Blackstar


5. Achmad Satria

Achmad Satria Abdullah, kelahiran Makassar, 29 Agustus 2003 sudah mengenal gitar sejak 2012. Namun ia baru benar-benar menggeluti alat musik petik ini setahun kemudian setelah ia menyaksikan video konser Stevie Ray Vaughan yang diputar oleh kakaknya.

Dalam sehari, Satria - panggilannya - rata-rata berlatih gitar selama 1 jam yang ia bagi dalam dua sesi. Yakni pemanasan dan mengulang lagu-lagu yang sudah ia pelajari. Dan untuk mengulik lagu-lagu covering biasanya ia membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam untuk lagu bervokal dan sedikit lebih lama untuk lagu instrumental. "Tergantung lagunya sulit apa tidak," jelas Satria kepada GitarPlus. net

Satria mengaku dirinya lebih suka menjadi gitaris band ketimbang gitaris solo. Karena menurutnya, selain lebih asik dan rame di atas panggung, juga ada kebersamaan dengan pemain-pemain lain. Karena itu, ia pun amat fokus bersama bandnya Satria And The Monsters dan sudah mulai mengangsur lagu untuk album perdananya.

Lagu pertama yang dipelajari Satria sebagai gitaris sekaligus dibawakannya di atas panggung adalah "Back in Black" dari AC/DC. Sementara gitar pertama yang dimilikinya adalah sebuah gitar replika Fender Bigsby yang didapatkan dari neneknya saat ia berulang tahun yang ke-10.

Namun kini, pengagum Gugun 'GBS', Angus Young dan Stevie Ray Vaughan ini telah mempersenjatai diri dengan gear yang lebih lengkap, yakni gitar Squiere 1951, ampli Hartke G-10 dan Efek 0S-2 BOSS serta CH-1 Boss. Namun siapa yang menyangka, sebelum memutuskan untuk menjadi gitaris, sejak usia 3 tahun Satria telah dikenal sebagai seorang drumer dimana ia  pernah menyabet rekor MURI sebagai 'Drumer Termuda Jazz'.


Sumber : http://www.gitarplus.net/post.detail-1199-14-5-gitaris-cilik-ajaib-tanah-air.html


0 komentar:

Post a Comment

MUSIC Copyright © 2013
Powered by Blogger Published.. Blogger Templates